Apakah Knicks Bisa ke Final?

Saat yang Mengguncang Madison Square Garden

Saya berada di mic di New York kemarin, bukan sebagai jurnalis—tapi sebagai seseorang yang telah satu dekade memecahkan bola basket lewat statistik, bukan slogan. Ketika saya bertanya pada kerumunan, ‘Para penggemar NiXs—bagaimana kalian? Bisakah kalian ke final tahun depan?‘—deru itu bukan sekadar suara. Itu adalah harapan yang diukur oleh dekade kekecewaan.

Data Lebih dari Drama

Knicks tidak dibangun hanya atas karisma. Roster mereka kini punya dua penjaga elit: Randle dan Brunson—bukan James—tetapi pemain whose kekuatan ditentukan oleh struktur pertahanan dan ruang. Musim lalu, mereka peringkat ke-7 dalam efisiensi pertahanan. Itu bukan keberuntungan. Itu disiplin.

Ujian Sejati Bukan Poin Playoff—Tetapi Kedalaman Pemain

Lihat bangku mereka: Obi Watson rata-rata 18 poin per game dari bangku—not karena dia clutch, tapi karena keputusannya menembak dari jarak menengah secara statistik solid. Persentase tembak efektifnya? .580—that’s top-10 di liga. Tidak flashy. Hanya fungsional.

Mengapa Ini Lebih Penting Daripada Hype

Seruan seperti ‘tahun depan’ tidak memenangkan gelar—they build franchises seiring waktu. Knicks punya rencana: bangun kedalaman daripada daya bintang. Mereka tidak mengejar tim super—they’re membangun sistem yang bertahan melebihi satu musim.

Saya sudah melihat ini sebelumnya di London—ketika klub sepak bola juga tidak tergoda oleh hype. Mereka membangun ulang sekitar struktur dulu.

Musim depan? Mungkin. Tetapi jika mereka terus menembak dari jarak menengah—and bertahan seperti iblis—tiket final mereka bukan lagi fantasi. Itu aritmetika.