Ketika Papan Skor Berbohong

Saya pernah melihat ini—bukan di stadion dengan cahaya neon, tapi di lembaran data pukul 3 pagi, saat dunia tertidur. Miami unggul 2-0—klinis, bisa diprediksi. Kerumunan bersorak seolah takdir telah ditulis. Tapi Paris Saint-Ehrmann? Mereka tidak bereaksi. Mereka merekalibrasi. Enam menit setelah gol kedua, kurva xG mereka naik—bukan karena semangat, tapi karena kesabaran algoritmik. Bentuk bertahan berubah dari reaktif menjadi antisipatif: tiga umpan per detik jadi tiga peluang per menit. Tanpa dribbling. Tanpa teatrikal. Hanya geometri dalam gerak.