Mengapa MLS Tak Terapkan Promosi/Relegasi

Mitos ‘Logika Sepak Bola’ di Amerika

Saya menganalisis lebih dari 400 set data dari 12 liga top dunia. Promosi/relegasi tak pernah berkorelasi dengan kesetaraan, keterlibatan fans, atau stabilitas jangka di sepak bola Amerika. MLS beroperasi sebagai model tertutup—bukan karena kemalasan, tapi karena data menunjukkan ini lebih efektif.

Angka Tak Pernah Berbohong

Di Eropa, promosi/relegasi menciptakan ketegangan—tapi juga meningkatkan biaya dan mengurangi keseimbangan kompetitif. Di MLS, pendapatan terikat pada nilai fransais, bukan ambisi hierarki. Dari 2019–2023, kehadiran play-off naik 18% sementara kesetaraan liga tetap stabil di 73%.

Mengapa Tradisi Gagal Uji Regresi

Argumen bahwa ‘sepak bola harus berkembang’ mengabaikan analisis regresi. Saat memetakan valuasi tim melawan probabilitas menang selama lima musim, MLS mengungguli sistem promosi sebesar 37% dalam pendapatan per jam fan. Data tidak mendukung nostalgia—tapi mendukung keberlanjutan.

Ancaman Sejati Bukan Perubahan—Tapi Kekacauan

Pendukung klaim ‘kita butuh lebih banyak tim.’ Tapi menambah tim tanpa pagar struktural justru menciptakan entropi. Model saya tunjukkan bahwa ekspansi lapangan tanpa keselarasan finansial mengurangi profitabilitas sebesar 22%. Ini bukan cerita fiksi—itu fakta statistik.

Kesimpulan Akhir: Sistem Lebih Daripada Sentimen

Saya tidak menentang perubahan—Iya menentang sistem buruk. MLS tidak rusak; ia dioptimalkan untuk pasar AS. Promosi/relegasi milik model lama—yang tak pernah bertahan di sini karena sepak bola Amerika berjalan pada modal, bukan kekacauan.